AKSI NYATA TOPIK 1 PERSPEKTIF SOSIAL KULTURAL DALAM PENDIDIKAN INDONESIA
AKSI NYATA TOPIK 1. PENGANTAR PERSPEKTIF SOSIAL, BUDAYA, EKONOMI, DAN POLITIK DALAM PENDIDIKAN INDONESIA
Gambar Keragaman Suku dan Budaya Indonesia
(Sumber: https://www.kemenkopmk.go.id/sites/default/files/articles/2022-04/images.jpeg
Refleksi Alur Merdeka Pada Topik 1:
Perspektif Sosial, Budaya,
Ekonomi, dan Politik dalam Pendidikan Indonesia
Mulai Dari Diri
Apa yang anda pikirkan tentang topik
sebelum memulai proses pembelajaran?
Ketika mendengar tentang Perspektif Sosiokultural, saya langsung
terhubung dengan pengaruh sosial dan budaya dalam pembelajaran. Mata kuliah
ini, khususnya Topik 1, menekankan bagaimana budaya dan situasi sosial
memengaruhi cara siswa belajar. Melihat keragaman latar belakang siswa di
lapangan, saya merasa materi ini sangat relevan dan menarik. Sebelum memulai
pembelajaran, saya selalu memikirkan bagaimana ilmu Perspektif Sosiokultural
dapat saya terapkan dalam kehidupan nyata, terutama saat berinteraksi dengan
siswa beragam latar belakang. Bagi saya, mempelajari perspektif ini adalah awal
dari perjalanan dalam memahami dan mendukung pembelajaran individual dengan
mempertimbangkan latar belakang sosial dan budaya mereka. Saya memiliki minat
kuat terhadap peran interaksi sosial dalam pembelajaran. Saya yakin pemahaman
dinamika sosial dan budaya dalam pembelajaran dapat menciptakan lingkungan
beragam bagi semua siswa. Selain itu, saya percaya bahwa pembelajaran adalah
proses seumur hidup. Perspektif sosiokultural mengajarkan bahwa pembelajaran
terus berkembang sepanjang kehidupan, dan penting bagi kita untuk terus memperdalam
pemahaman tentang aspek sosial dalam pendidikan di Indonesia.
Eksplorasi Konsep
Apa yang Anda pelajari dari konsep yang Anda pelajari
dalam topik ini?
Dari konsep yang telah dipelajari dalam topik ini,
saya belajar bahwa pendidikan sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk
sosial, budaya, ekonomi, dan politik. Pada masa penjajahan Belanda dan Jepang,
pendidikan dirancang untuk mengabdi kepada kepentingan kolonial, baik secara
ekonomi maupun politik.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEi_7FKO7SMGCzg1KnBINBgES62fWf4TY_N6XN0O12zS2L3Ehnh18exkM_P6nBMiBrvKqy7J65nVeAdgzFvXQlG49w8Moa6HRA-4Qf4VNTulkW_-6MFhW6yT2RVInNmkRONIEXzzP5vvoBLRzJSWovxI4i5dYe3Dm0PIHz1bMoPQVxfdMfeZEVkLj_4eKEdz=w369-h210)
(Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=NwxsBTDkGqI)
Pembelajaran dari sejarah ini menunjukkan bahwa akses
pendidikan dibatasi, kurikulum disesuaikan dengan kepentingan penjajah, dan
pendidikan bertujuan untuk memelihara struktur sosial dan politik yang ada.
Namun, dengan berkembangnya waktu, terutama melalui perjuangan tokoh seperti Ki
Hajar Dewantara, persepsi terhadap pendidikan mulai berubah. Pendidikan tidak
lagi dipandang hanya sebagai alat untuk mempertahankan kekuasaan kolonial,
tetapi juga sebagai sarana untuk memperjuangkan kemerdekaan dan menjaga
identitas budaya. Gerakan pendidikan seperti Taman Siswa mencerminkan semangat
untuk membebaskan pendidikan dari belenggu kolonial dan mengembangkan
pendidikan yang mandiri, merdeka, dan beragam. Dari sudut pandang sebagai calon
guru, saya memahami pentingnya memahami dan mengintegrasikan faktor-faktor
sosial, budaya, ekonomi, dan politik dalam pendidikan. Hal ini tidak hanya
membantu dalam merancang pembelajaran yang relevan dan bermakna bagi peserta
didik, tetapi juga dalam membangun masyarakat yang lebih beragam dan berbudaya.
Saya merasa terinspirasi untuk mengikuti jejak Ki Hajar Dewantara dalam
memperjuangkan pendidikan yang merdeka dan berarti bagi semua kalangan. Dari
eksplorasi konsep pendidikan di Indonesia, saya mempelajari bahwa faktor
sosial, budaya, ekonomi, dan politik memiliki dampak besar. Mulai dari masa
kolonial hingga kemerdekaan, tokoh seperti Ki Hadjar Dewantara memainkan peran
penting dalam mengubah paradigma pendidikan. Budaya dan nilai-nilai lokal
menjadi bagian integral dari pembelajaran, yang penting untuk memperkuat
identitas bangsa dan menghargai keberagaman. Pendidikan multikultural
diperlukan untuk menciptakan masyarakat inklusif. Sebagai guru, pemahaman akan
faktor-faktor ini penting untuk merancang pembelajaran yang relevan dan efektif
bagi peserta didik, serta membangun hubungan yang baik antara siswa dan guru.
Interaksi sosial di dalam kelas dapat memengaruhi kualitas pembelajaran.
Hubungan yang baik antara siswa dan guru dapat meningkatkan motivasi dan
keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Faktor budaya memberikan pengaruh besar
pada bahasa dan cara komunikasi. Budaya juga mempengaruhi bagaimana materi
pelajaran diajarkan dan dipahami oleh siswa. Tingkat ekonomi masyarakat
memiliki dampak signifikan terhadap akses pendidikan. Keluarga yang berada
dalam kategori ekonomi rendah mungkin mengalami kesulitan dalam menyediakan
sumber daya pendidikan bagi anak-anak mereka. Hal ini dapat menciptakan
hambatan dalam mengakses pendidikan berkualitas dan merata. Di samping itu,
keputusan politik dan kebijakan pemerintah turut memengaruhi struktur dan fokus
pendidikan. Perubahan dalam kebijakan dapat menghasilkan perubahan yang
signifikan dalam sistem pendidikan suatu negara, termasuk dalam hal kurikulum
sekolah dan pemilihan materi pelajaran. Oleh karena itu, guru perlu mempertimbangkan
faktor-faktor tersebut agar dapat menciptakan pendidikan yang lebih relevan
dengan konteks sosial, budaya, ekonomi, dan politik yang ada. Pada pembelajaran
perspektif sosial budaya, penting untuk lebih memahami nilai-nilai budaya dan
sosial, serta karakteristik siswa yang ditinjau dari keberagaman budaya,
sosial, ekonomi, dan politik. Keberagaman ini dapat mempengaruhi proses
pembelajaran siswa di kelas, baik dari segi pikiran, perilaku, maupun
pengalaman individu. Dengan memahami perspektif sosial budaya ini, guru dapat
menciptakan proses pembelajaran yang lebih efektif yang mampu disesuaikan
dengan keberagaman siswa. Hal ini juga memungkinkan guru untuk membimbing siswa
dalam menghargai keberagaman, memiliki sikap empati, mengembangkan keterampilan
sosial, serta meningkatkan kemampuan dalam kolaborasi dan kerjasama.
Ruang kolaborasi
Apa yang Anda pelajari lebih lanjut bersama
rekan-rekan Anda dalam ruang kolaborasi?
Pelajari video pengalaman pembelajaran dari beberapa pengajar yang mengajar di beberapa daerah di Indonesia.
https://www.youtube.com/watch?v=oOIUbqwwszY
https://www.youtube.com/watch?v=9r6-akC3qok
https://www.youtube.com/watch?v=CdI7-WOMy78
https://www.youtube.com/watch?v=4KrlR89dvT4&t=49s
https://www.youtube.com/watch?v=gc0Ehj2cHXw
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEhZqX-SaRnxjnw_KLul9Ao2BJrwOCfmV1kQgsNpBwwmiywNSdWNZEoF2YxwOVyEtyIUqgLtf9eo1NxX2B82DLrsXmMCxB8kIrOxEFrclJyqqpNnh0ZFc6-x24M9gZ2_YvIsWFvEigdVO301E89-fe0rkxNtr-kE4hpwTtPoE_BsCNpFljp5MJEm2KJ5sPIF=w400-h225)
(Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=oOIUbqwwszY)
Dalam ruang kolaborasi, kami mendalami pemahaman
tentang kondisi pendidikan di daerah pedalaman melalui penayangan 5 video yang
menggambarkan upaya para tenaga pengajar muda dalam memberikan pendidikan yang
layak bagi anak-anak desa. Para pengajar ini merupakan inisiatif dari
pemerintah daerah atau kota untuk meningkatkan mutu pendidikan di daerah
pedalaman, meskipun dengan keterbatasan sarana dan prasarana yang ada. Kami
terinspirasi oleh kreativitas para pengajar dalam memanfaatkan kondisi alam
sekitar sebagai media pembelajaran, sehingga meningkatkan semangat dan motivasi
belajar anak-anak. Setelah menonton video, kami sadar bahwa menjadi seorang
guru adalah panggilan jiwa yang memerlukan pengabdian tulus dalam memberikan
ilmu kepada generasi muda, terlepas dari kondisi budaya, sosial, ekonomi, dan
politik yang ada. Kami mengakui bahwa setiap daerah memiliki karakteristik
uniknya sendiri, namun kami juga menyadari bahwa ada kesamaan dalam upaya
menciptakan lingkungan pembelajaran yang inklusif, mendukung, dan beragam. Dari
diskusi tersebut, kami menyoroti pentingnya pengakuan dan penghormatan terhadap
budaya lokal dalam pembelajaran, serta bagaimana pengajar dapat
mengintegrasikan kekayaan budaya tersebut ke dalam strategi pembelajaran
mereka. Kami juga mengapresiasi pentingnya kolaborasi antara pemerintah,
masyarakat, dan sekolah dalam meningkatkan akses pendidikan dan kualitas
pembelajaran, terutama di daerah yang terpencil atau memiliki keterbatasan
ekonomi. Melalui diskusi ini, kami semakin memahami bahwa menjadi seorang
pendidik yang baik memerlukan pemahaman yang mendalam tentang konteks sosial,
budaya, ekonomi, dan politik di mana pendidikan berlangsung. Kami menyadari
bahwa kolaborasi dan kerja sama antar stakeholder pendidikan sangatlah penting
untuk mengatasi tantangan yang ada. Dengan demikian, kami berkomitmen untuk
terus memperdalam pemahaman kami tentang faktor-faktor ini dan
mengintegrasikannya ke dalam praktik pendidikan kami untuk menciptakan
pengalaman pembelajaran yang bermakna dan inklusif bagi semua peserta didik.
Demonstrasi
Kontekstual
Apa hal penting yang Anda pelajari dari proses
demonstrasi kontekstual yang Anda jalani bersama kelompok (bisa tentang materi,
rekan, dan diri sendiri)?
Dalam proses demonstrasi kontekstual, saya dan
rekan-rekan saya belajar banyak hal yang sangat berharga. Salah satu aspek yang
kami tekuni adalah tentang pemerataan pendidikan di Indonesia dan bagaimana
persiapan yang harus dilakukan oleh seorang guru dalam menghadapi situasi
tersebut, terutama dengan adanya keterbatasan sarana dan prasarana pendidikan.
Kami juga mendiskusikan faktor-faktor sosial yang mempengaruhi pembelajaran di
setiap daerah, seperti kekayaan budaya lokal dan kondisi ekonomi masyarakat.
Kami belajar bahwa meskipun ada keterbatasan, menghubungkan budaya dan
lingkungan alam dalam pembelajaran dapat menciptakan lingkungan belajar yang
sehat dan antusias. Namun, kami juga menyadari bahwa di beberapa daerah,
masalah seperti pernikahan dini dan kurangnya kesadaran akan pentingnya
pendidikan masih menjadi tantangan besar. Dalam diskusi ini, kami menggali
berbagai strategi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pendidikan,
termasuk melalui pendekatan edukasi kepada keluarga dan upaya kolaboratif
antara pemerintah dan masyarakat. Selain itu, kami juga belajar banyak tentang
kolaborasi dan komunikasi dalam sebuah tim. Kami belajar untuk menghargai
beragam pandangan dan ide, serta bekerja sama untuk mencapai kesepakatan yang
memadai. Proses ini membantu kami mengembangkan keterampilan komunikasi dan
presentasi yang penting dalam lingkungan profesional dan akademis. Kami juga
saling membantu dan berbagi pengetahuan, sehingga semangat untuk belajar dan
berkontribusi menjadi nilai yang kami kembangkan dalam proses tersebut.
Keseluruhan pengalaman demonstrasi kontekstual ini tidak hanya memperkaya
pengetahuan kami tentang aspek sosiokultural dalam pendidikan, tetapi juga
memperkuat keterampilan berpikir kritis, analitis, dan kerjasama tim kami.
Selain itu, saya juga mendapatkan pengalaman berharga dalam mengamati dan
menganalisis kasus-kasus yang relevan dengan aspek sosiokultural. Melalui
diskusi kelompok, kami secara aktif mencari solusi atas masalah-masalah yang
dihadapi, sambil melatih kemampuan public speaking dalam menyampaikan hasil
analisis kami. Semua ini merupakan langkah penting dalam pengembangan diri kami
sebagai pendidik yang siap menghadapi tantangan kompleks dalam dunia
pendidikan. Dengan demikian, proses demonstrasi kontekstual ini memberikan kami
wawasan yang mendalam tentang pendidikan dan membekali kami dengan keterampilan
yang sangat berharga untuk masa depan kami sebagai pendidik yang tangguh dan
berintegritas.
Elaborasi
Pemahaman
Sejauh ini, apa yang sudah Anda pahami tentang topik
ini?
Pada ruang elaborasi pemahaman, pemahaman yang
diperoleh dari pembelajaran tentang pendidikan multikulturalisme dan teori
sosiokultural, terlihat bahwa kedua konsep ini saling melengkapi dalam upaya
menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan responsif terhadap keberagaman
siswa. Pendidikan multikulturalisme ditekankan sebagai landasan penting dalam
membangun kesadaran akan kompleksitas masyarakat yang beraneka ragam, termasuk
perbedaan etnis, budaya, suku, bahasa, dan latar belakang lain yang membentuk
identitas individu. Konsep ini tidak hanya tentang menyampaikan materi
pelajaran, tetapi lebih pada prinsip solidaritas dan penghormatan terhadap
keragaman, menciptakan ruang di mana setiap siswa merasa diterima tanpa
diskriminasi. Dalam konteks pembelajaran, teori sosiokultural memperluas
pandangan ini dengan menyoroti peran penting interaksi sosial dalam
perkembangan psikologis siswa. Mediasi, sebagai konsep kunci dalam teori ini,
menekankan peran mediator manusia dalam membantu siswa memahami konsep-konsep
yang kompleks melalui interaksi sosial. Dengan memahami elemen-elemen seperti
lambang simbolik dan alat psikologis yang digunakan dalam proses pembelajaran,
guru dapat memfasilitasi pemahaman siswa dengan lebih efektif. Lebih dari
sekadar menyampaikan informasi, pendidikan multikulturalisme dan teori
sosiokultural mempromosikan pengembangan nilai-nilai sosial positif, seperti
toleransi, empati, dan pengertian terhadap perbedaan. Dengan demikian,
pendidikan multikulturalisme dan teori sosiokultural bukan hanya merupakan
konsep-konsep dalam kurikulum, tetapi juga menjadi landasan penting dalam membentuk
masyarakat yang inklusif dan toleran. Mereka memberikan landasan bagi
pendekatan pembelajaran yang mempersiapkan siswa untuk menjadi anggota
masyarakat yang berpartisipasi secara aktif dalam dunia yang semakin beragam
dan global.
Apa hal baru yang Anda pahami atau yang berubah dari
pemahaman di awal sebelum pembelajaran dimulai?
Dalam proses awal pembelajaran, saya awalnya memiliki
persepsi sederhana bahwa pendidikan dengan pendekatan sosiokultural hanya
melibatkan pengintegrasian budaya dalam konten pembelajaran. Namun, setelah
menjalani proses pembelajaran lebih lanjut, saya menyadari bahwa pendekatan ini
jauh lebih kompleks daripada yang saya pikirkan sebelumnya. Sebagai seorang
guru, ada banyak faktor yang harus dipertimbangkan dalam menciptakan pendidikan
yang berorientasi sosiokultural. Ini termasuk kemampuan untuk menyesuaikan
materi dengan kebudayaan siswa, menyediakan perangkat pembelajaran yang sesuai
dengan kondisi sekolah dan ekonomi peserta didik, serta memiliki kebebasan
untuk beradaptasi dengan perubahan kebijakan yang berlaku. Pentingnya kebebasan
ini menunjukkan bahwa seorang guru harus mampu menyesuaikan diri dengan kondisi
daerah tempat mereka mengajar. Selain itu, saya juga memahami bahwa pendidikan
sosiokultural berfungsi sebagai alat psikologis dan mediasi. Sebagai mediator,
seorang guru tidak hanya menyampaikan informasi, tetapi juga membantu siswa
membangun pemahaman melalui bimbingan, dukungan, dan fasilitasi interaksi
sosial. Hal baru lain yang saya pelajari adalah bahwa pengajaran harus dapat
disesuaikan dengan konteks lingkungan, realitas sosial, dan budaya yang ada di
sekolah. Dengan memperhatikan faktor-faktor ini, guru dapat merancang
pengalaman belajar yang lebih bermakna, yang relevan dengan pengalaman
sehari-hari siswa. Pendekatan ini bertujuan untuk memastikan bahwa pendidikan
tidak terputus dari dunia nyata, tetapi menjadi bagian yang aktif dalam
membentuk pemahaman siswa tentang lingkungan sekitar mereka. Dengan memahami
dan menyesuaikan kurikulum serta metode pengajaran sesuai dengan realitas
sosial dan budaya, pendidikan dapat menjadi alat yang lebih efektif dalam
memenuhi kebutuhan siswa dan membekali mereka untuk menjadi warga masyarakat
yang lebih sadar dan berkontribusi.
Apa yang ingin Anda pelajari lebih lanjut?
a) Sebagai
guru, bagaimana sikap yang bijak dalam menghadapi keberagaman budaya dan latar
belakang peserta didik yang sesuai dengan nilai-nilai sosio kultural?
b) Bagaimana mengimplementasikan
strategi pembelajaran yang mendukung multikulturalisme di dalam kelas?
c) Sebutkan kemampuan apa yang
diperlukan oleh seorang guru agar dapat menjadi mediator dalam mengembangkan
kemampuan kognitif peserta didik?
d) Bagaimana caranya untuk
mengidentifikasi dan mengelola perbedaan dalam perkembangan pribadi (PD)
masing-masing siswa, yang membutuhkan waktu yang signifikan?
e) Bagaimana mengukur dan
mengidentifikasi potensi belajar siswa, terutama bagi mereka yang kesulitan
dalam berinteraksi di lingkungan belajar?
Koneksi
Antar Materi
Apa yang Anda pelajari dari koneksi antar materi baik di dalam mata kuliah yang sama maupun dengan mata kuliah lain?
Melalui pemahaman tentang koneksi antara berbagai mata kuliah dalam
kurikulum, saya menyadari bahwa pembelajaran sosiokultural tidak berdiri
sendiri, tetapi saling terkait dengan banyak aspek lain dalam pendidikan. Dalam
mata kuliah Filosofi Pendidikan Indonesia, misalnya, kita diajak untuk memahami
pandangan filosofis Ki Hadjar Dewantara tentang pendidikan yang memerdekakan,
yang mendorong penghormatan terhadap kearifan lokal dan nasional sebagai bagian
integral dari pendidikan. Hal ini menciptakan landasan untuk membangun
identitas siswa dan menumbuhkan kecintaan terhadap tanah air. Konsep ini
menyarankan bahwa pendidikan harus relevan dengan kehidupan sehari-hari siswa
dan memiliki makna dalam konteks budaya mereka. Oleh karena itu, pembelajaran
sosiokultural menjadi penting dalam mencapai tujuan ini. Selain itu, mata
kuliah Pemahaman Peserta Didik dan Pembelajaran membantu saya menyadari bahwa
setiap siswa memiliki latar belakang sosial, budaya, ekonomi, dan politik yang
berbeda, yang memengaruhi cara mereka belajar dan berkembang. Dengan pemahaman
ini, guru dapat merancang pendekatan pembelajaran yang lebih efektif dengan
mempertimbangkan berbagai faktor yang memengaruhi pembelajaran siswa. Ini
menegaskan pentingnya bagi guru untuk memahami karakteristik peserta didik
mereka agar dapat menciptakan lingkungan belajar yang beragam dan relevan. Lebih
lanjut, hubungan antara mata kuliah sosiokultural, Filosofi Pendidikan
Indonesia, dan Pemahaman Peserta Didik dan Pembelajaran memperkuat pandangan
saya tentang bagaimana faktor-faktor sosial, budaya, ekonomi, dan politik
memengaruhi pendidikan di Indonesia. Mata kuliah tersebut juga mengilustrasikan
bagaimana guru dapat merancang pendekatan pembelajaran yang lebih efektif dan
relevan bagi siswa mereka yang memiliki latar belakang yang beragam. Dengan
memperluas pandangan ini melalui praktik pengalaman lapangan (PPL) dan
penerapan prinsip-prinsip pengajaran dan asesmen, saya semakin siap untuk
menjadi pendidik yang profesional dan berkompeten dalam menghadapi keberagaman
siswa serta mengimplementasikan kurikulum yang beragam, seperti yang sudah saya
terapkan dalam kegiatan PPL 1 terkait dengan pembelajaran menggubakan
pendekatan Culturally Responsive Teaching (CRT).
Pendekatan ini sangat sesuai dengan pembelajaran sosiokultural, yang mana
pendekatan ini mengakui dan menghargai keanekaragaman budaya dan latar belakang
siswa. Ini termasuk bahasa, nilai-nilai, tradisi, dan pengalaman hidup yang
berbeda. Serta selaras dengan mata kuliah teknologi baru dalam pengajaran dan
pembelajaran.
Koneksi
Antar Materi
Apa yang Anda pelajari dari koneksi antar materi baik
di dalam mata kuliah yang sama maupun dengan mata kuliah lain?
Melalui pemahaman tentang koneksi antara berbagai mata kuliah dalam
kurikulum, saya menyadari bahwa pembelajaran sosiokultural tidak berdiri
sendiri, tetapi saling terkait dengan banyak aspek lain dalam pendidikan. Dalam
mata kuliah Filosofi Pendidikan Indonesia, misalnya, kita diajak untuk memahami
pandangan filosofis Ki Hadjar Dewantara tentang pendidikan yang memerdekakan,
yang mendorong penghormatan terhadap kearifan lokal dan nasional sebagai bagian
integral dari pendidikan. Hal ini menciptakan landasan untuk membangun
identitas siswa dan menumbuhkan kecintaan terhadap tanah air. Konsep ini
menyarankan bahwa pendidikan harus relevan dengan kehidupan sehari-hari siswa
dan memiliki makna dalam konteks budaya mereka. Oleh karena itu, pembelajaran
sosiokultural menjadi penting dalam mencapai tujuan ini. Selain itu, mata
kuliah Pemahaman Peserta Didik dan Pembelajaran membantu saya menyadari bahwa
setiap siswa memiliki latar belakang sosial, budaya, ekonomi, dan politik yang
berbeda, yang memengaruhi cara mereka belajar dan berkembang. Dengan pemahaman
ini, guru dapat merancang pendekatan pembelajaran yang lebih efektif dengan
mempertimbangkan berbagai faktor yang memengaruhi pembelajaran siswa. Ini
menegaskan pentingnya bagi guru untuk memahami karakteristik peserta didik
mereka agar dapat menciptakan lingkungan belajar yang beragam dan relevan. Lebih
lanjut, hubungan antara mata kuliah sosiokultural, Filosofi Pendidikan
Indonesia, dan Pemahaman Peserta Didik dan Pembelajaran memperkuat pandangan
saya tentang bagaimana faktor-faktor sosial, budaya, ekonomi, dan politik
memengaruhi pendidikan di Indonesia. Mata kuliah tersebut juga mengilustrasikan
bagaimana guru dapat merancang pendekatan pembelajaran yang lebih efektif dan
relevan bagi siswa mereka yang memiliki latar belakang yang beragam. Dengan
memperluas pandangan ini melalui praktik pengalaman lapangan (PPL) dan penerapan
prinsip-prinsip pengajaran dan asesmen, saya semakin siap untuk menjadi
pendidik yang profesional dan berkompeten dalam menghadapi keberagaman siswa
serta mengimplementasikan kurikulum yang beragam, seperti yang sudah saya
terapkan dalam kegiatan PPL 1 terkait dengan pembelajaran menggubakan
pendekatan Culturally Responsive Teaching (CRT).
Pendekatan ini sangat sesuai dengan pembelajaran sosiokultural, yang mana
pendekatan ini mengakui dan menghargai keanekaragaman budaya dan latar belakang
siswa. Ini termasuk bahasa, nilai-nilai, tradisi, dan pengalaman hidup yang
berbeda. Serta selaras dengan mata kuliah teknologi baru dalam pengajaran dan
pembelajaran.
Apa
manfaat pembelajaran ini untuk kesiapan Anda sebagai guru?
Pembelajaran
perspektif sosial kultural dalam pendidikan Indonesia sangat bermanfaat untuk
kesiapan seorang guru. Dengan memahami konteks sosial dan budaya siswa, guru
dapat menciptakan lingkungan belajar yang beragam dan relevan. Pengetahuan
tentang keragaman budaya memungkinkan guru mengembangkan metode pengajaran yang
menghargai latar belakang siswa dan menanggapi kebutuhan belajar yang beragam.
Hal ini juga membantu guru menjadi fasilitator yang efektif, membangun hubungan
positif dengan siswa dan komunitas sekolah. Guru
dapat menggunakan strategi mediasi untuk membantu siswa memahami konsep,
mengintegrasikan konten multikultural, dan memanfaatkan keragaman budaya
sebagai sumber belajar. Hal ini meningkatkan kualitas pembelajaran dan
mempromosikan toleransi serta penghargaan terhadap perbedaan. Dengan
demikian, pembelajaran perspektif sosial kultural mempersiapkan guru untuk
menghadapi tantangan pendidikan multikultural di Indonesia, meningkatkan
efektivitas pengajaran, dan menciptakan lingkungan belajar yang berpihak kepada
siswa. Guru yang memahami perspektif ini lebih siap membimbing siswa mengatasi
tugas sulit, membangun karakter, dan menghubungkan pengetahuan dengan konteks
kehidupan nyata mereka.
Bagaimana Anda menilai kesiapan Anda saat ini, dalam
skala 1-10? Apa alasanya?
Kesiapan saya dalam menghadapi peserta didik dengan berbagai latar
belakang saya nilai 7 dari skala 10. Saya sudah mulai mengintegrasikan
pembelajaran berbasis budaya dalam proses PPL, namun masih perlu banyak belajar
dan berlatih untuk menerapkan konsep sosiokultural secara optimal. Tantangan di
kondisi nyata memerlukan keterampilan yang lebih baik. Saya telah mempelajari
konsep dasar perspektif sosiokultural dan menyadari pentingnya faktor sosial,
budaya, ekonomi, dan politik dalam pendidikan. Meski demikian, pengetahuan saya
masih terbatas dan membutuhkan lebih banyak waktu serta latihan untuk memahami
latar belakang peserta didik secara mendalam. Dengan dedikasi untuk terus
belajar dan menerapkan konsep ini, saya berharap dapat meningkatkan kesiapan
saya dalam menghadapi keragaman peserta didik di masa mendatang.
Apa yang perlu Anda persiapkan lebih lanjut untuk bisa menerapkannya
dengan optimal?
Untuk menerapkan konsep sosiokultural dengan optimal, saya perlu
mempersiapkan beberapa hal lebih lanjut: Pertama, saya harus memahami
karakteristik siswa dengan mengidentifikasi keberagaman budaya, sosial,
ekonomi, dan politik mereka. Hal ini memungkinkan saya untuk menyesuaikan
materi dan metode pengajaran sesuai kebutuhan mereka. Kedua, meningkatkan
pengetahuan saya melalui belajar dari berbagai sumber, kuliah, tugas akademis,
dan pelatihan yang relevan. Pemahaman menyeluruh tentang bagaimana faktor
sosial, budaya, dan kontekstual mempengaruhi pendidikan sangat penting. Ketiga,
memastikan kurikulum mencakup materi yang relevan dengan sosial budaya peserta
didik. Saya perlu merancang pengalaman pembelajaran yang mencerminkan kondisi
sosial dan budaya siswa. Keempat, menyediakan berbagai sumber belajar dan media
yang mencerminkan keberagaman sosial dan budaya siswa. Hal ini termasuk bahan
ajar yang relevan untuk mendukung pemahaman siswa. Kelima, memfasilitasi
kolaborasi di antara siswa dengan latar belakang yang berbeda agar mereka mampu
bekerja sama dengan baik. Selain itu, saya akan berdiskusi dengan teman dan
dosen serta mengamati proses pembelajaran di lingkungan sekitar untuk memahami
dan menganalisis praktik yang ada. Keenam, mengalokasikan waktu dan energi
untuk meningkatkan keterampilan dan kompetensi dalam menerapkan pembelajaran
sosiokultural. Usaha dalam menyelesaikan tugas akademis dan mengikuti
pelatihan yang relevan sangat penting. Terakhir, membina sikap toleransi di
antara peserta didik dengan mengajarkan mereka untuk menerima dan menghargai
keberagaman di kelas. Hal ini akan membantu menciptakan lingkungan pembelajaran
yang beragam dan mendukung perkembangan siswa. Dengan ini,
saya berharap dapat mencapai tingkat kesiapan yang lebih tinggi dan mampu
menerapkan konsep sosiokultural secara optimal dalam pengajaran saya sebagai
seorang guru profesional.
Comments
Post a Comment